- Sejarah Mujina Kalau
Dahulu ada sembilan orang Wali yang di kirim oleh Rasulullah SAW untuk menyebarkan Islam, Salah satunya adalah Syekh Abdul Wahid dengan salah satu muridnya bernma " Mujina" beliau yang menyebarkan Islam yaitu di Burangasi sebagai wilayah pertama masuknya Islam di pulau Buton.
Pada masa pemerintahan Sultan ke-29, Mujina menjadi salah satu penyebar Islam yang diperintahkan oleh sultan dan beliau juga pernah mengikuti perang melawan Tobelo. Mujina adalah seorang perempuan dengan ciri-ciri fisik putih berikat sanggul di kepala dan silsilahnya berhubungan dengan sultan ke-29. Beliau juga suka memakai jubah berwarna biru dengan kain selempang, memakai pedang dan berkuda.
Turunannya dari sultan 17-29, warna kesukaanya warna kuning emas campur merah dan itulah yang merupakan simbol dari tempat duduknya berbentuk tiga lekungan. Hanya saja di saat Istana/Keraton mengalami perpindahan dari keraton lama ke keraton baru yaitu dimasa kekuasaan Sultan Murhum, semua hilang begitu saja bersama dengan keraton lama yang artinya " Gaib " dan itu merupakan kekuasaan dari ALLAH SWT.
Makam Mujina kalau ini bertempat di kelurahan Melai dan berada di dalam area perumahan masyarakat Melai. dimana didalam area tersebut terdapat banyak makam dan salah satunya adalah makam Mujina Kalau, yang dibatasi dengan pagar beton dengan lambang berciri khas Rumah Baruga tepat diatas pintu masuk area pemakaman beliau. - Batu Popaua
(Batu Pelantikan) Difungsikan pada abad ke-14, bersamaan dengan tampilnya kerajaan buton. Dipakai pertama untuk pelantikan Raja Buton I (Wakaakaa),kemudian untuk pelantikan Raja atau Sultan. Tahun 1929 atas inisiatif Raja Muhammad Hamidi, dibuatkan atap sebagai pelindung dari hujan dan sinar matahari. Pada tahun 2002 di pagari dengan batu setinggi 175 cm. - Baluarana waberongalu
merupakan salah satu benteng atau pintu gerbang pertahanan yang terletak pada sudut utara benteng keraton. posisinya bersebelahan dengan Baluarana Tanailandu. pada bagian dalam benteng terdapat sebuah meriam besar yang digunakan sebagai alat persenjataan (penyimpanan bom). Baluarana waberongalu ini berfungsi untuk menjaga dan memantau musuh dari arah utara. musuh-musuh tersebut biasanya datang dari negeri luar seperti Belanda atau jepang,mereka datang untuk maksud dan tujuan yang negatif bagi tanah Buton. Proses pemberian nama dari masing-masing Baluarana tersebut di dasari pada ruang-ruang penjaganya. - Baruga
Menurut sejarah Buton dahulu, yang dimulai dari kerajaan tepatnya pada tahun 1542 M dan pada tahun 1712 M Buton beralih menjadi sebuah kesultanan. dari itu pada massa pemerintahan Sultan Syakiyuddin Darul Alam atau biasa di kenal dengan Laelangi. Di masa pemerintahan beliau banyak yang dibangun Benteng keraton Buton dan salah satunya adalah Baruga. Baruga pada masa pemerintahan Laelangi berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para sultan untuk melakukan upacara ataupun membahas masalah-masalah ekonomi, politik dan lain-lain yang di hadapi oleh masyarakat Buton. Di samping itu baruga juga digunakan untuk pelantikan sultan. - Makam Sultan Nasruddin (La Ibi/Oputa Mosabuna Yilawalangke)
Memerintah pada tahun 1709 s/d 1711 M. Sultan Nasruddin adalah gelar sultan La Ibi. diriwayatkan,sebenarnya beliau merasa berat untuk menerimah jabatan Sultan. La Ibi terpaksa menerima itu karena demi kehormatan kaumnya yaitu aliran bangsawan Tanailandu. La Ibi menerima jabatan tersebut pada salah seorang diantaranya yang merasa mampu untuk menjalankan jabatan sultan. - Kasulana Tombi (Tiang bendera)
Didirikan pada abad ke-17, untuk mengibarkan Tombi kerajaan Buton. Bahan dasarnya terbuat dari kayu jati dengan tinggi 21 M dari permukaan tanah yang berdiameter antara 25 cm hingga 70 cm. Tiang bendera ini didirikan tepatnya pada tahun 1712 M, di dirikan oleh Sultan Nur Alam dan sudah berumur kurang lebih 300 tahun dan fungsi utama Tiang bendera ini adalah sebuah syarat utama sebuah kerajaan. - Liana Latoundu (Gua Arupalaka)
Gua ini merupakan ceruk kecil bentukan Alam setinggi 1,5 M di jadikan tempat persembunyian Latoundu (Arupalaka) Raja Bone yang berpengaruh di tanah Bugis yang melarikan diri ke Buton pada tahun 1660 dan menetap tidak lama dan kembali lagi ke Sulawesi selatan untuk memimpin perlawanan menghadapi Gowa. - Makam Sultan Murhum Khalifatul Hamis
Sultan Murhum diangkat menjadi sultan Buton pada abad ke-6 dengan perubahan struktur pemerintahan dalam masa Raja Mulae maka wilayah kerajaan Buton lebih luas lagi. Beliau dalam silsilah, Biasa disebut Lakila ada pula yang menyebut Lakilaponto. Lakilaponto di abaikan namanya menjadi Murhum. Sultan Murhum menerima Syekh Abdul Wahid bersama istrinya di keraton untuk jangan bertemu orang banyak, dimana Syekh Abdul Wahid menganjurkan pada Sultan dan pejabat kerajaan serta seluruh masyarakat agar masuk agama Islam serta mengaku bahwa Muhammad SAW adalah pesuruh ALLAH. akhirnya Sultan dan isterinya disusul oleh para pejabat kerajaan serta masuk agama Islam. Beliau menjabat sebagai Sultan sejak tahun 1538 M, selama 46 tahun sampai beliau wafat pada tahun 1584. Jirat makam di perbaiki pada tahun 1989, dibuatkan sarana jalan yang menuju situs. - Batu Wolio (Petirtaan)
Batu Wolio merupakan Tugu batu setinggi 1 m, berfungsi sebagai tempat pengambilan air suci (Tirta) untuk dimandikan kepada Calon Raja/Sultan sebelum beliau dilantik. Batu wolio di perkirakan berasal dari abad 14 dan air batu tersebut berasal dari mata air Tobe-Tobe. Batu Wolio ini terletak di tengah kawasan benteng keraton, kelurahan melai. tepatnya di sebelah timur masjid agung keraton Buton. - Lambang Kerajaan Buton
Mesjid Agung Keraton Buton bisa juga di sebut sebagai lambang kerajaan Buton, karena kokoh bangunanya. Letak Geografis Mesjid Agung Keraton Buton terletak dalam benteng keraton Buton, datas bukit yang bernama bukit sin. karena bentuknya seperti sin. Ujung I : letak kuburan seerti baaluwu di sebut waolima/walimea yang artinya "tebaslah" , tindakan pertama penebasan untuk perkampungan. Ujung II : Torisi adalah tempat mengadakan pertemuan. Ujung III : Gama/Gema yang bertujuan bergema sepanjang masa. Bentuk atau Arsitektur bangunan Bentuk Panjang saf 13, dan 40 orang persafnya. Didirikan sejak tahun 948 H (1538) oleh Syekh Abdul Wahid. Arsitektur Bangunan Mesjid Agung Keraton didirikan pada masa kesultanan Buton adalah "Mesjid Agung Keraton" yang di dirikan pada tahun 948 H (1538 M) yang menjadi pelopor pembangunannya adalah Syekh Abdul Wahid, di bantu para pejabat tinggi kerajaan seperti sultan Murhum, Sangia, La Ulo. wakti otu Sapati menjawarai, sudah meninggalkan Buton. Luas Mesjid luas Mesjid 18x24 m persegi, panjang berbentu Mihrab luas serambi muka 5x40 m persegi luas serambi kanan 8x40 m persegi luas serambi bagian barat 20x40 m persegi luas serambi bagian serambi kiri selatan 14x40 m persegi - Bendera Kerajaan Buton (longa-longa)
Asal mulanya bendera kerajaan Buton oleh masyarakat setempat menyebut Longa-Longa. Di kibarkan sejak Raja Buton I (Raja Wakaakaa). Panjang Longa-Longa kurang lebih 5 m dan lebarnya kurang lebih 1 m. konon ceritanya Longa-Longa di kibarkan pada saat jatuhnya atau turunnya tahta Sultan dan upacara-upacara adat yangkan di selenggarakan. Sampai saat ini belum ada pendunduk setempat yang mengetahui siapa pembuat Longa-Longa tersebut, karena banyak versi yang meceritakan tentang Longa-Longa ini.
Senin, 28 Desember 2009
Buton dalam lembaran sejarah
Langganan:
Postingan (Atom)